Minggu, 30 November 2008

Percikan Energi cita.........

Orang mengatakan jika kita memiliki suatu cita-cita,maka kita akan berusaha untuk menggapai cita-cita itu.Setidaknya usaha minimalnya adalah menyimpan dalam benak pikiran kita.Terkadang atau bahkan sering terwujud dalam bentuk sebuah angan-angan tentang cita-cita kita.Akan tetapi itu adalah pencita kelas rendah yang tidak memiliki daya dorong untuk berjalan menuju satu titik,untuk menjemput cita-citanya.Ada tipe orang yang termasuk pencita kelas Dua Satu.Saya menyebutnya seperti itu,tentunya dengan menarik sebuah logika sederhana,bahwa pencita kelas Dua Satu adalah orang yang memiliki cita-cita dan kemauan yang cukup kuat untuk menggapai cita-cita,Akan tetapi berjalan menuju titik citanya tanpa kepastian langkah.
Cita-cita sebenarnya sudah merupakan salah satu energi potensial yang masih tertimbun dalam gudang ketidak pastian.belum pasti cita terwujud dalam nyata.tapi,potensi itu menunggu percikan api semangat yang nantinya akan meledakkan gudang ketidakpastian.
Yah,percikan itu bisa didapatkan dari sumber yang terletak cukup jauh dari rumah kemalasan,halamannya terlihat kotor.Pertanda jarang dibersihkan oleh pemilik rumah.Percikan itu didapatkan dengan berjalan melewati bebatuan keangkuhan.Jalannya hanya itu.Tidak lebih.jikalau ada orang mengaku telah mendapatkan percikan api semangat itu tanpa melakukan perjalanan jauh melintasi bebatuan keangkuhan.maka sebenarnya ia tak mendapatkan percikan apinya,tapi hanya mendapatkan percik keangkuhan.Angkuh diri,angkuh jiwa dan angkuh cita.Yah,cita-citanya adalah keangkuhan itu sendiri.Ia bahkan kehilangan percikan energi citanya karena telah direnggut oleh keangkuhan dirinya.

Tidak ada komentar: